AGAMA DAN MASYARAKAT
Agama menurut kamus
besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan)
dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya .
Agama berasal dari
bahasa sanskerta, “A” artinya tidak dan “gama” berarti kacau. Sehingga agama
berarti “tidak kacau”. Dilihat dari sudut pandang sosiologi, agama adalah salah
satu tindakan pada suatu sistem kemasyarakatan (sosial) yang terdapat pada diri
seseorang tentang kepercayaan terhadap kekuatan tertentu (magis dan spiritual)
serta berfungsi sebagai pelindung bagi dirinya dan orang lain.
Suatau kepercayaan
dapat dikatakan sebagai agama apabila mengandung 3 unsur yaitu manusia,
penghambaan, dan Tuhan. Karena maksud dari agama adalah penghambaan manusia
kepada Tuhannya.
1.
Fungsi Agama dalam
Masyarakat
Fungsi agama dalam masyarakat ada tiga
aspek penting yang selalu dipelajari, yaitu kebudayaan, sistem sosial, dan
kepribadian. Fungsi Agama dalam Masyarakat meliputi :
Ø Sumber
pedoman hidup
Ø Mengatur
tata cara hubungan manusia dengan tuhannya ataupun manusia dengan manusia
Ø Tuntunan
tentang kebenaran atau kesalahan
Ø Pedoman
mengungkapkan rasa kebersamaan
Ø Pedoman
untuk menanamkan keyakian
Ø Pedoman
keberadaan
Ø Pengungkapan
estetika (keindahan)
Ø Pedoman
untuk rekreasi dan hiburan
Ø Memberikan
identitas pada manusia sebagai umat suatu agama
Teori fungsional dalam
melihat kebudayaan pengertiannya adalah, bahwa kebudayaan itu berwujud suatu
kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sistem
sosial yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi,
berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lain, setiap saat mengikuti
pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan, bersifat kongkret terjadi di
sekeliling.
Fungsi agama dalam
pengukuhan nilai-nilai, bersumber pada kerangka acuan yang bersifat sakral,
maka normanya pun dikukuhkan dengan sanksi-sanksi sakral. Dalam setiap
masyarakat sanksi sakral mempunyai kekuatan memaksa istimewa, karena ganjaran
dan hukumannya bersifat duniawi dan supramanusiawi dan ukhrowi.
Fungsi agama di bidang
sosial adalah fungsi penentu, di mana agama menciptakan suatu ikatan bersama,
baik di antara anggota-anggota beberapa mayarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban
sosial yang membantu mempersatukan mereka.
Fungsi agama sebagai
sosialisasi individu ialah individu, pada saat dia tumbuh menjadi dewasa,
memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan umum untuk (mengarahkan)
aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan
kepribadiannya. Orang tua di mana pun tidak mengabaikan upaya “moralisasi”
anak-anaknya, seperti pendidikan agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk
memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya. Oleh sebab itu, untuk mencapai
tujuan tersebut harus beribadat dengan kontinyu dan teratur, membaca kitab suci
dan berdoa setiap hari, menghormati dan mencintai orang tua, bekerja keras,
hidup secara sederhana, menahan diri dari tingkah laku yang tidak jujur, tidak
berbuat yang senonoh dan mengacau, tidak minum-minuman keras, tidak
mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dan tidak berjudi. Maka perkembangan
sosialnya terarah secara pasti serta konsisten dengan suara hatinya.
2.
Dimensi Komitmen Agama
Masalah fungsionalisme
agama dapat dinalisis lebih mudah pada komitmen agama. Menurut Roland Robertson
(1984), diklasifikasikan berupa keyakinan, praktek, pengalaman, pengetahuan,
dan konsekuensi.
v Dimensi
keyakinan mengandung perkiraan atau harapan bahwa orang yang religius akan
menganut pandangan teologis tertentu, bahwa ia akan mengikuti kebenaran
ajaran-ajaran agama.
v Praktek
agama mencakup perbuatan-perbuatan memuja dan berbakti, yaitu perbuatan untuk
melaksanakan komitmen agama secara nyata. Ini menyangkut, pertama, ritual,
yaitu berkaitan dengan seperangkat upacara keagamaan, perbuatan religius
formal, dan perbuatan mulia. Kedua, berbakti tidak bersifat formal dan tidak
bersifat publik serta relatif spontan.
v Dimensi
pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa semua agama mempunyai perkiraan
tertentu, yaitu orang yang benar-benar religius pada suatu waktu akan mencapai
pengetahuan yang langsung dan subjektif tentang realitas tertinggi, mampu
berhubungan, meskipun singkat, dengan suatu perantara yang supernatural.
v Dimensi
pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan, bahwa orang-orang yang bersikap
religius akan memiliki informasi tentang ajaran-ajaran pokok keyakinan dan
upacara keagamaan, kitab suci, dan tradisi-tradisi keagamaan mereka.
v Dimensi
konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan dan
pembentukan citra pribadinya.
3.
3 Tipe Kaitan Agama dengan Masyarakat
Indonesia memiliki banyak sekali
budaya dan adat istiadat yang berhubungan dengan masyarakat dan agama. Berbagai
budaya yang ada di Indonesia dapat dikaitkan hubungannya dengan agama dan
masyarakat dalam melestraikan budaya. Sebagai contoh budaya Ngaben yang
merupakan upacara kematian bagi umat hindu Bali yang sampai sekarang masih
terjaga kelestariannya. Hal tersebut membuktikan bahwa agama mempunyai hubungan
yang erat dengan budaya sebagai patokan utama dari masyarakat untuk selalu
menjalankan perintah agama dan melestarikan kebudayaannya. Masyarakat juga
turut mempunyai andil yang besar dalam melestarikan budaya, karena mereka yang
menjalankan semua perintah agama dan ikut menjaga budaya agar tetap
terpelihara.
Selain itu ada juga
hubungan lainnya,yaitu menjaga tatanan kehidupan. Maksudnya hubungan agama
dalam kehidupan jika dipadukan dengan budaya dan masyarakat akan membentuk
kehidupan yang harmonis,karena ketiganya mempunyai keterkaitan yang erat satu
sama lain. Sebagai contoh jika kita rajin beribadah dengan baik dan taat dengan
peraturan yang ada,hati dan pikiran kita pasti akan tenang dan dengan itu kita
dapat membuat keadaan menjadi lebih baik seperti memelihara dan menjaga budaya
kita agar tidak diakui oleh negara lain.
Sekarang ini agamanya
hanyalah sebagi symbol seseorang saja. Dalam artian seseorang hanya memeluk
agama, namun tidak menjalankan segala perintah agama tersebut. Dan di Indonesia
mulai banyak kepercayaan-kepercayaan baru yang datang dan mulai
mengajak/mendoktrin masyarakat Indonesia agar memeluk agama tersebut. Dari
banyaknya kepercayaan-kepercayaan baru yang ada di Indonesia, diharapkan
pemerintah mampu menanggulangi masalah tersebut agar masyarakat tidak tersesaat
di jalannya. Dan di harapkan masyarakat Indonesia dapat hidup harmonis,
tentram, dan damai antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya.
Kaitan agama dengan
masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan
sebenarnya secra utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954). Berikut ini adalah tipe
kaitan agama dengan masyarakat:
a.
Masyarakat yang terbelakang dan
nilai-nilai sakral.
Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan
terbelakang. Anggota masyrakat menganut agama yang sama. Oleh karenanya
keanggotaan mereka dalam masyarakat dan dalam kelompok keagamaan adalah sama.
Agama menyusup ke dalam kelompok aktivitas yang lain. Sifat-sifatnya :
ü Agama
memasukkan pengaruhnya yang sacral ke dalam system nilai masyarakat secra
mutlak.
ü Dalam
keadaan lain selain keluarga relatif belum berkembang, agama jelas menjadi
fokus utama bagi pengintegrasian dan persatuan dari masyarakat secara
keseluruhan.
b.
Masyarakat praindustri yang sedang
berkembang.
Keadaan masyarakatnya tidak terisolasi, ada
perkembangan teknologi yang lebih tinggi darpada tipe pertama. Agama memberikan
arti dan ikatan kepada system nilai dalam tiap mayarakat ini, tetapi pada saat
yang sama lingkungan yang sacral dan yang sekular itu sedikit-banyaknya masih
dapat dibedakan.
4.
Definisi Pelembagaan
Agama
Pelembagaan agama
adalah suatu tempat atau lembaga untuk membimbing, membina dan mengayomi suatu
kaum yang menganut agama. Pelembagaan Agama di Indonesia yang mengurusi
agamanya
a.
Islam : MUI
MUI atau Majelis Ulama Indonesia adalah Lembaga
Swadaya Masyarakat yang mewadahi ulama, zu’ama, dan cendikiawan Islam di
Indonesia untuk membimbing, membina dan mengayomi kaum muslimin di seluruh
Indonesia. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395 Hijriah,
bertepatan dengan tanggal 26 juli 1975 di Jakarta, Indonesia.
b.
Kristen : Persekutuan Gereja-gereja
Indonesia (PGI)
PGI (dulu disebut Dewan Gereja-gereja di Indonesia –
DGI) didirikan pada 25 Mei 1950 di Jakarta sebagai perwujudan dari kerinduan
umat Kristen di Indonesia untuk mempersatukan kembali Gereja sebagai Tubuh
Kristus yang terpecah-pecah. Karena itu, PGI menyatakan bahwa tujuan
pembentukannya adalah “mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia.”
c.
Katolik : Konferensi Wali Gereja
Indonesia (KWI)
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI atau Kawali)
adalah organisasi Gereja Katolik yang beranggotakan para Uskup di Indonesia dan
bertujuan menggalang persatuan dan kerja sama dalam tugas pastoral memimpin
umat Katolik Indonesia. Masing-masing Uskup adalah otonom dan KWI tidak berada
di atas maupun membawahi para Uskup dan KWI tidak mempunyai cabang di daerah.
Keuskupan bukanlah KWI daerah. Yang menjadi anggota KWI adalah para Uskup di
Indonesia yang masih aktif, tidak termasuk yang sudah pensiun. KWI bekerja
melalui komisi-komisi yang diketuai oleh Uskup-Uskup. Pada 2006 anggota KWI
berjumlah 36 orang, sesuai dengan jumlah keuskupan di Indonesia (35 keuskupan)
ditambah seorang uskup dari Ambon (Ambon memiliki 2 uskup)
d.
Hindu : persada
Parisada Hindu Dharma Indonesia ( Parisada ) ialah:
Majelis tertinggi umat Hindu Indonesia.
e.
Budha : MBI
Majelis Buddhayana Indonesia adalah majelis umat
Buddha di Indonesia. Majelis ini didirikan oleh Bhante Ashin Jinarakkhita pada
hari Asadha 2499 BE tanggal 4 Juli 1955 di Semarang, tepatnya di Wihara Buddha
Gaya, Watugong, Ungaran, Jawa Tengah, dengan nama Persaudaraan Upasaka-Upasika
Indonesia (PUUI) dan diketuai oleh Maha Upasaka Madhyantika S. Mangunkawatja.
f.
Konghucu : MATAKIN
Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (disingkat
MATAKIN) adalah sebuah organisasi yang mengatur perkembangan agama Khonghucu di
Indonesia. Organisasi ini didirikan pada tahun 1955. Keberadaan umat beragama
Khonghucu beserta lembaga-lembaga keagamaannya di Nusantara atau Indonesia ini
sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, bersamaan dengan kedatangan perantau
atau pedagang-pedagang Tionghoa ke tanah air kita ini. Mengingat sejak zaman
Sam Kok yang berlangsung sekitar abad ke-3 Masehi, Agama Khonghucu telah
menjadi salah satu di antara Tiga Agama Besar di China waktu itu; lebih-lebih
sejak zaman dinasti Han, atau tepatnya tahun 136 sebelum Masehi telah dijadikan
Agama Negara .
5.
Contoh Kasus Konflik
Tentang Agama yang Ada dalam Masyarakat
Sepanjang sejarah,
sejak kepercayaan animisme dan dinamisme sampai monotheisme menjadi agama yang
paling banyak dianut di muka bumi ini agama hampir selalu menciptakan
perpecahan. Sebagai contoh, dalam agama India, khususnya Hindu-Budha, agama
yang dibawa Sidharta Gautama ini merupakan rekasi dari ekses negative yang di
bawa oleh agama Hindu. Walaupun agama Budha disebarkan dengan damai namun dapat
dengan jelas terlihat bahwa masalah pembagian kasta dalam bingkai caturvarna
menjadi masalah utama. Pada awalnya memang pembagian kasta ini merupakan spesialisasi
pekerjaan, ada yang menjadi pemimpin agama, penguasa dan prajurit, dan rakyat
biasa. Namun, dalam perjalannya terjadi penghisapan terutama dari pemimpin
agama, prajurit, dan penguasa terhadap rakyat jelata. Implementasi yang salah
dari caturvarna inilah yang diprotes dengan halus oleh Budha yang pada awalnya
tidak menyebut diri mereka sebagai agama, tetapi berfungsi menebarkan cinta
kasih terhadap sesama mahluk hidup, bukan saja manusia, tetapi juga hewan, dan
tumbuhan. Sebagai reaksi dari meluasnya pengaruh Budha, Otoritas Hindu kemudian
mengadakan pembersihan terhadap pengaruh Budha ini. Namun demikian, karena
ajaran Budha lebih bersifat egaliter, usaha otoritas hindu ini menemui jalan
buntu, bahkan agama Bundha sendiri dapat berkembang jauh lebih pesat dari pada
agama Hindu, dan mendapat banyak pemeluk di Negara Tiongkok di kemudian hari.
Unsur konflik yang
terbesar terjadi pula pada pengikut agama terbesar di dunia yaitu Abraham
Religions, atau agama yang diturungkan oleh Abraham, yaitu Yahudi, Nasrani, dan
Islam. Tulisan ini hanya membatasi pada penggambaran konflik di antara ketiga
agama tersebut, bukan pada konflik intern dalam masing-masing agama tersebut.
Inti dari agama-agama Abraham ini adalah akan datang nabi terakhir yang akan
menyelamatkan dunia ini. Hal yang menjadi masalah utama adalah tidak ada
kesepakatan diantara ketiga agama tersebut tentang siapa nabi yang akan datang
tersebut. Pihak Yahudi menyatakan belum datang nabi terakhir itu, sedangkan
pihak Nasrani mengatakan Nabi Isa (Yesus Kristus) adalah nabi terakhir, lalu
Islam mengklaim Nabi Muhhamad sebagai nabi terakhir. Keadaan ini kemudian
semakin diperparah ketika tidak ada pengakuan dari masing-masing agam yang
masih bersaudara tersebut. Ketika berbagai unsure non-theologis, khususnya
politik, ekonomi, dan budaya, menyusup ke dalam masalah ini, konflik memang
tidak dapat dielakkan. Berbagai konflik diantara agama-agama dipaparkan secara
khusus:
a.
konflik antara Yahudi dan Nasrani.
Walaupun sumber konflik ini didasarkan atas kitab suci namun justru unsur
dogmatis agama ini sangat mendukung pengambaran konflik yang terjadi. Menurut
versi Yahudi, Nasrani adalah agama yang sesat karena menganggap Yesus sebagai
mesias (juru selamat). Dalam pandangan Yahudi sendiri Yesus adalah penista agama
yang paling berbahaya karena menganggap dirinya adalah anak Allah, sampai
akhirnya otoritas Yahudi sendiri menghukum mati Yesus dengan cara disalibkan,
sebuah jenis hukuman bagi penjahat kelas kakap pada waktu itu. Sedangkan
menurut pandangan Kristen, umat Yahudi adalah umat pilihan Allah yang justru
menghianati Allah itu sendiri. Untuk itu Yesus datang ke dunia demi
menyelamatkan umat tersebut dari murka Allah. Dalam beberapa kesempatan,
misalnya, ketika Yesus mengamuk di bait Allah karena dipakai sebagai tempat
berjualan, atau dalam kasus lain yaitu penolakan orang Israel terhadap ajaran
Yesus.
b.
konflik Islam-Kristen. Konflik ini pada
awalnya diilhami oleh kepercayaan bahwa Islam memandang Nasrani sebagai agama
kafir karena mempercayai Yesus sebagai anak Allah, padahal dalam ajaran Islam
Nabi Isa (Yesus) merupakan nabi biasa yang pamornya kalah dari nabi utama
mereka Muhammad S.A.W. Konflik ini pada awalnya hanya pada tataran kepercayaan
saja, namun ketika unsur politis, ekonomi, dan budaya masuk, maka konflik yang
bermuara pada pecahnya Perang Salib selama beberapa abad menegaskan rivalitas
Islam-Kristen sampai sekarang. Konflik itu sendiri muncul ketika Agama Kristen
dan Islam mencapai puncak kejayaannya berusaha menunjukkan dominasinya. Ketika
itu Islam yang berusaha meluaskan pengaruhnya ke Eropa, mendapat tantangan dari
Nasrani yang terlebih dahulu ada dan telah mapan. Puncak pertempuran itu
sebenarnya terjadi ketika perebutan Kota Suci Jerusalem yang akhirnya
dimenangkan tentara salib. Sebagai balasan, Islam kemudian berhasil merebut
Konstatinopel yang merupakan poros dagang Eropa-Asia pada saat itu.
c.
konflik antara Yahudi-Islam yang masih
hangat dalam ingatan kita. Konflik ini berawal dari kepercayaan orang Yahudi
akan tanah yang dijanjikan Allah kepada mereka yang dipercayai terletak di
daerah Israel, termasuk Yerusalem, sekarang. Pasca perbudakan Mesir, ketika
orang Yahudi melakukan eksodus ke Mesir namun kemudian malah diperbudak sampai
akhirnya diselamatkan oleh Musa, orang Yahudi kemudian kembali ke tanah mereka
yang lama, yaitu Israel. Akan tetapi, pada saat itu orang Arab telah bermukim
di daerah itu. Didasarkan atas kepercayaan itu, kemudian orang Yahudi mulai
mengusir Orang Arab yang beragama Islam itu. Inilah sebenarnya yang menjadi
akar konflik Israel dan Palestina dalam rangka memperebutkan Jerusalem. Konflik
ini semakin panas ketika unsure politis mulai masuk.
Sumber
:
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mkdu_isd/
http://nurulhumaira44.blogspot.com/2011_01_01_archive.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Ulama_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Persekutuan_Gereja-gereja_di_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Waligereja_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Buddhayana_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Tinggi_Agama_Konghucu_Indonesia
httptarmujimuji.wordpress.com/2012/01/10/masyarakat-agama/://rafiqamalyah.blogspot.com/2011/01/hubungan-agama-dengan-masyarakat.html
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Agama
taniakharismaya.wordpress.com/2013/12/01/dimensi-komitmen-agama/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar