Perencanaan Organisasional
Perencanaan
merupakan proses menentukan bagaimana suatu organisasi mampu mencapai
tujuannya. Perencanaan adalah proses menentukan dengan tepat apa yang akan
dilakukan organisasi untuk mencapai tujuannya. Istilah resmi menyatakan bahwa
perencanaan didefinisikan sebagai perkembangan sistematis dari program tindakan
yang ditujukan pada pencapaian tujuan bisnis yag telah disepakati dengan proses
analisa, evaluasi, seleksi diantara berbagai kesempatan yang telah diprediksi
terlebih dahulu. Pengorganisasian merupakan suatu proses pembentukan kegunaan
yang teratur untuk semua sumber daya dalam sistem manajemen. Perencanaan
organisasional adalah proses pencapaian tujuan dari suatu organisasi secara
teratur untuk segala sumber daya yang terdapat dalam sistem yang bersangkutan.
Tujuan
perencanaan organisasional memiliki 2 makud yaitu perlindungan dan kesepakatan.
Berikut adalah penjabarannya.
1.
Perlindungan atau protektif yaitu meminimasi resiko dengan
mengurangi ketidakpastian di sekitar kondisi bisnis dan menjelaskan konsekuensi
tindakan manajerial yang berhubungan.
2.
Kesepakatan atau affirmative yaitu untuk meningkatkan
tingkat keberhasilan dari organisasional.
Disamping 2 tujuan
di atas, tujuan perencanaan adalah membentuk usaha terkoordinasi dalam
organisasi. Tanpa adanya perencanaan biasanya disertai dengan tidak adanya
koordinasi dan timbulnya ketidakefisienan. Tujuan mendasar dari perencanaan
adalah membantu organisasi mencapai tujuannya. Koontz O’Donnel menyatakan bahwa
maksud dari perencanaan adalah untuk melancarkan pencapaian usaha dan tujuan.
Pengorganisasian
Sumber
daya organisasional mewakili suatu investasi darimana sistem manajemen harus mendapat
pengembaliannya (return).
Pengorganisasian yang sesuai dengan sumber daya akan meningkatkan efektifitas
dan efisiensi dari penggunaannya. Henry
Fayol telah mengembangkan 16 garis pedoman umum yang bisa digunakan ketika
mengorganisasikan sumber daya, dipublikasikan di Inggris pad atahun 1949.
Berikut adalah 16 pedoman tersebut.
1.
Menyiapkan dan
melaksanakan rencana operasional secara bijaksana.
2.
Mengorganisasi aset
kemanusiaan dan bahan sehingga konsisten dengan tujuan-tujuan, sumber daya-
sumber daya, dan kebutuhan dari persoalan tersebut.
3.
Menetapkan
wewenang tunggal, kompeten, enerjik, dan menuntun (struktur manajemen formal).
4.
Mengkoordinasi
semua aktivitas dan usaha.
5.
Merumuskan
keputusan yang jelas, berbeda, dan tepat.
6.
Menyusun bagi
seleksi yang efisien sehingga tiap departemen dipimpin oleh seorang manajer
yang kompeten, enerjik dan tiap karyawan ditempatkan pada tempat dimana dia
bisa menyumbangkan tenaganya secara maksimal.
7.
Mendefinisikan
tugas-tugas.
8.
Mendorong
inisiatif dan tanggung jawab.
9.
Memberikan balas
jasa yang adil dan sesuai bagi jasa yang diberikan.
10.
Memfungsikan sanksi
terhadap kesalahan dan kekeliruan.
11.
Mempertahankan
disiplin.
12.
Menjamin bahwa
kepentingan indivisu konsisten dengan kepentingan umum dari organisasi.
13.
Mengakui adanya
satu komando.
14.
Mempromosikan
koordinasi bahan dan kemanusiaan.
15.
Melembagakan dan
memberlakukan pengawasan.
16.
Menghindari adanya
pengaturan, birokrasi (red tape) dan
kertas kerja.
Pembagian Tenaga Kerja (Division of
Labor)
Pembagian
tenaga kerja merupakan salah satu pertimbangan utama untuk suatu usaha
pengorganisasian. Konsep pembagian tenaga kerja diberikan pada berbagai bagian
tugas tertentu diantara sejumlah anggota organisasi kewirausahaan. Sebagai
ganti satu individu melakukan semua pekerjaan, beberapa individu melakukan
bagian pekerjaan yang berbeda dari aktivitas total. Produksi dibagi menjadi
sejumlah langkah dengan tanggung jawab penyelesaian pada individu tertentu.
Hakikatnya, individu berspesialisasi dalam mengerjakan bagian tugas daripada
seluruh tugas. Ilustrasi pembagian kerja secara umum digunakan adalah lini
produksi modil. Satu indivisu tidak diperintahkan untuk merakit seluruh mobil,
tetapi bagian tertentu dari mobil dirakit oleh berbagai individu.
Pembagian
tenaga kerja dalam strategi pengorganisasian memiliki keuntungan dan kerugian
tertentu. Berikut adalah keuntungan dan kerugian tersebut.
Keuntungan pembagian tenaga kerja :
1.
Pekerja
berspesialisasi akan terampil untuk melaksanakan tugas dan cenderung akan
meningkat.
2.
Tenaga kerja tidak
kehilangan waktu yang berharga dalam bergerak dari satu tugas ke tugas lainnya
karena tidak ada waktu yang hilamh dari pergantian alat dan lokasi.
3.
Pekerja memusatkan
diri hanya pada melaksanakan satu pekerjaan sehingga pekerjaan menjadi lebih
mudah dan efisien.
4.
Pembagian tenaga
kerja menciptakan situasi dimana pekerja hanya perlu mengetahui bagaimana
mereka melaksanakan bagian tugas dan bukannya proses keseluruhan produk.
Kerugian pembagian tenaga kerja :
1.
Keuntungan dari
pembagian tenaga hanya dipusatkan pada efisiensi dan manfaat ekonomi dan
mengabaikan variabel manusia.
2.
Kerja yang
terspesialisai cenderung menjadi sangat membosankan dan biasanya menyebabkan
tingkat produksi menurun.
Wewenang
Wewenang
adalah hak untuk melaksanakan atau memerintah. Wewenang memungkinkan
pemegangnya bertindak dengan cara tertentu dan mempengaruhi secara langsung
tindakan dari orang lain melalui perintah yang dikeluarkannya. Posisi individu
pada bagan organisasi menunjukkan jumlah wewenang relatif yang didelegasikan
pada tiap individu. Individu pada manajemen puncak memiliki wewenang yang lebih
besar dibandingkan individu pada manajemen bawah. Kenyataannya, sumber dari wewenang
tidak ditentukan oleh dekrit dari organisai formal tetapi oleh apakah kekuasaan
tersebut diterima atau tidak oleh mereka yang berada di bawah wewenang.
Garis
pedoman dengan mana tindakan yang bisa diambil oleh seorang manajer bisa
ditaati dan diterima. Menurut Chester
Barnard, akan semakin banyak perintah manajer yang diterima dalam jangka
panjang, jika:
1.
Saluran formal
dari komunikasi digunakan oleh manajer dan dikenal oleh semua anggota
organisasi.
2.
Tiap anggota
organisasi telah menerima saluran komunikasi formal melalui mana dia menerima
perintah.
3.
Lini komunikasi
antara manajer dan bawahan bersifat langsung.
4.
Rantai komando
yang lengkap digunakan untuk mengeluarkan perintah.
5.
Manajer memiliki
keterampilan komunikasi yang memadai.
6.
Manajer
menggunakan lini komunikasi formal hanya untuk urusan organisasional.
7.
Suatu perintah
secara otentik memang berasal dari manajer.
Sumber:
Wiratmo, Masykur.1994. Kewirausahaan. Jakarta: Gunadarma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar